Tahukah Anda perbedaan ISO 45001 dan SMK3? Namun, tampaknya belum banyak yang memahami perbedaan dari keduanya karena sekilas membahas hal yang mirip yaitu seputar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Oleh karena itu, pada penjelasan kali ini admin ingin berbagi informasi yang diharapkan bisa membantu Anda dalam memutuskan mana standar K3 yang sebaiknya diterapkan terlebih dahulu.
Sebagai pengingat, salah satu dari standar ini ada yang sifatnya wajib. Kita akan segera mengetahuinya dengan menyimak penjelasan di bawah
Daftar Isi
Perbedaan ISO 45001 dan SMK3, Keduanya Hampir Mirip
Secara sederhana perbedaan antara ISO 45001 dan SMK3 itu lebih kurang seperti ini:
Aspek | SMK3 (Sistem Manajemen K3 Nasional) | ISO 45001 (Standar Internasional K3) |
Fokus Utama | Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai regulasi Indonesia | Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pendekatan internasional dan sistematis |
Status Penerapan | Wajib bagi perusahaan di Indonesia dengan kriteria tertentu (lebih dari 100 pekerja dan risiko tinggi) | Sukarela, pilihan perusahaan untuk meningkatkan standar K3 dan reputasi internasional |
Dasar Hukum | Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 dan peraturan nasional lainnya
|
Standar ISO 45001:2018 yang diadopsi secara internasional dan sebagai SNI di Indonesia |
Pendekatan Manajemen | Berbasis kepatuhan terhadap peraturan K3 lokal dan undang-undang | Berbasis pendekatan manajemen risiko, siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act), dan perbaikan berkelanjutan |
Cakupan | Fokus pada perusahaan di Indonesia dan kepatuhan regulasi nasional | Dapat diterapkan oleh organisasi di seluruh dunia dengan berbagai ukuran dan sektor |
Penilaian Risiko | Dilakukan sesuai peraturan lokal dengan kriteria tertentu | Penilaian risiko yang mendalam, sistematis, dan terstruktur termasuk peluang peningkatan K3 |
Dokumentasi | Dokumen dan catatan sesuai persyaratan regulasi nasional | “Documented information” yang lebih fleksibel dan terintegrasi dalam sistem manajemen |
Peran Kepemimpinan | Fokus pada pelaksanaan sesuai peraturan dan keterlibatan ahli K3 | Menuntut peran aktif dan kepemimpinan kuat dari top manajemen dalam sistem K3 |
Integrasi dengan Sistem Lain | Terbatas pada sistem K3 nasional | Dirancang untuk mudah diintegrasikan dengan sistem manajemen ISO lain (misal ISO 9001, ISO 14001) |
Tujuan Utama | Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai regulasi | Meningkatkan kinerja K3 secara proaktif dan berkelanjutan, serta pencegahan cedera dan penyakit kerja |
Sertifikasi | Sertifikasi dilakukan oleh lembaga nasional yang ditunjuk seperti Kemnaker | Sertifikasi oleh badan sertifikasi internasional maupun nasional yang terakreditasi |
1. Fokus Utama: Pendekatan Lokal vs Internasional
Apakah perusahaan Anda hanya ingin memenuhi regulasi atau juga ingin diakui secara global? Inilah perbedaan ISO 45001 dan SMK3.
SMK3 adalah sistem manajemen K3 yang dibentuk berdasarkan regulasi nasional Indonesia. Artinya, fokus utamanya adalah memastikan perusahaan memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diatur oleh pemerintah Indonesia.
Sementara itu, ISO 45001 memiliki cakupan yang lebih luas dengan pendekatan internasional dan sistematis. ISO ini tidak hanya menekankan pada kepatuhan hukum, tetapi juga mendorong penerapan sistem manajemen yang proaktif dalam mengelola risiko dan peluang di tempat kerja.
2. Status Penerapan: Kewajiban vs Pilihan Strategis
Banyak pelaku usaha sering menanyakan, “Apakah kami wajib menerapkan keduanya?” Jawabannya tergantung pada kebutuhan dan strategi perusahaan.
SMK3 wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia yang memiliki lebih dari 100 pekerja atau tergolong berisiko tinggi, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Jadi, bagi perusahaan besar, tidak ada pilihan selain mematuhinya.
Sementara itu, ISO 45001 bersifat sukarela. Tapi jangan salah, penerapan ISO ini sering dipilih sebagai langkah strategis untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata mitra internasional, klien asing, atau dalam proses tender multinasional.
Baca juga: Keunggulan Memulai Penerapan ISO 45001 dalam Organisasi
3. Pendekatan Manajemen: Kepatuhan vs Risiko Proaktif
SMK3 lebih mengarah pada kepatuhan administratif terhadap peraturan yang ada. Jika ada perubahan regulasi, perusahaan harus menyesuaikan diri. Pendekatannya cenderung reaktif: ketika terjadi masalah, baru dilakukan perbaikan.
Sebaliknya, ISO 45001 menggunakan pendekatan manajemen risiko yang lebih proaktif. Sistem ini menganut prinsip PDCA (Plan-Do-Check-Act) yang menekankan pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan peningkatan berkelanjutan.
Jadi bukan sekadar mematuhi aturan, tetapi benar-benar menciptakan budaya K3 yang adaptif dan berorientasi jangka panjang.
4. Peran Kepemimpinan: Top Management Lebih Aktif di ISO 45001
Ini poin yang sering luput dari perhatian, padahal sangat penting. Dalam SMK3, tanggung jawab K3 biasanya dilimpahkan pada petugas atau ahli K3 perusahaan, dengan pengawasan dari manajemen.
Namun pada ISO 45001, peran pimpinan puncak (top management) menjadi kunci. Mereka tidak hanya memberi arahan, tetapi juga harus terlibat langsung dalam perencanaan dan evaluasi sistem K3.
Artinya, ISO 45001 menuntut komitmen nyata dari pucuk pimpinan untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat, bukan hanya menyerahkannya kepada tim teknis semata.
5. Integrasi Sistem: ISO 45001 Lebih Fleksibel
Jika perusahaan Anda sudah menerapkan ISO 9001 (mutu) atau ISO 14001 (lingkungan), maka ISO 45001 adalah pilihan yang lebih tepat karena mudah diintegrasikan.
ISO 45001 dirancang dengan struktur High-Level Structure (HLS) yang memungkinkan integrasi sistem manajemen menjadi lebih efisien dan hemat biaya.
Sementara SMK3 masih berdiri sebagai sistem yang berdiri sendiri, dengan keterbatasan integrasi pada standar lain. Jadi, jika arah perusahaan Anda adalah digitalisasi dan integrasi sistem manajemen dalam satu platform, ISO 45001 lebih siap untuk diajak ke level tersebut.
Mana yang Harus Dipilih?
Apakah Anda perlu memilih salah satu? Atau justru menerapkan keduanya? Bagi perusahaan di Indonesia, SMK3 adalah kewajiban, terutama jika memenuhi kriteria tertentu.
Namun bagi Anda yang ingin menembus pasar global, meningkatkan efisiensi sistem, dan menciptakan budaya kerja yang proaktif, maka ISO 45001 adalah langkah yang bijak.
Keduanya tidak saling bertentangan, justru bisa saling melengkapi. Anda bisa mulai dari SMK3 sebagai fondasi, lalu beranjak ke ISO 45001 untuk memperkuat daya saing perusahaan.
Saran lainnya, Apabila perusahaan Anda memiliki jumlah karyawan lebih dari 100 dan mempunyai manajemen yang cukup kompleks, maka mengintegrasikan SMK3 dan sertifikasi ISO 45001 bisa menjadi pertimbangan.
Sedangkan untuk perusahaan skala menengah dan mikro atau kecil bisa mulai dari penerapan SMK3 terlebih dahulu.
PT Smart Sertifikasi Indonesia (Jasaiso.id) menyediakan layanan sertifikasi SMK3 dan pengurusan ISO di Indonesia. Hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut seputar kedua layanan ini.